Total Tayangan Halaman

Jumat, 19 Februari 2016

Daur Ulang Retorika Usang

Manakala mata dan telinga mulai sebah, pada kabar sekian pemerintah daerah dipulas kotoran ulah politis sekelompok orang. Dan selalu saja pola yang sama dimainkan mereka dengan tujuan pemenuhan syahwat golongan.

Menurut analisis penulis lewat simak runtutan waktu kabar tersebut, semua makin menjadi ketika Mahkamah Konstitusi begitu cepat memutuskan sekian ratus persengketaan Pilkada (pemilihan kepala daerah). Dimana beberapa partai politik koalisi asal ngumpul kalah. Ya... ada tapak jelas, konstituent parpol-parpol bernada 'kanan' mulai lemah di daerah, dan ini fakta.

Lalu keluhan-keluhan anak-anak manja dari organisasi bawah ketiak parpol itu mulai sengat telinga para elite di ibukota. Apa saran dan petunjuk dari elite; Daur Ulang Retorika Usang.

Retorika Usang  didaur ulang lewat pola: sikap rasis, ekslusif dan kepala batu. Ritme daur ulangnya dengan gubah tafsir-tafsir kitab suci, ujaran nabi hingga putar balik fakta sejarah. Celakanya beberapa institusi non politik justru ikut membantu gerakan kelompok manja ini.

Gradasi ideologi makin jelas, sebab elite politik yang saat ini pegang kendali mayoritas tuna pikir dan tolak belajar. Selalu saja bolak-balik mirip kentut dalam sarung usung jargon-jargon abad pertengahan.

Bila hal ini tidak segera disikapi oleh kawan-kawan muda di daerah, maka pendulum jaman akan tuju ruang penuh amarah dan darah.  Lebih baik mulai bergerak dengan sederhana bersama gawai-gawai canggih di tangan, reguk pengetahuan dan selalu verifikasi kabar.


Bustanul 'bokir' Arifin
Brebes, 2016 02 20