Waktu itu, Brebes belum dikenal sebagai pusat produksi Telor Asin, sebab kemerdekaan Indonesia masih muda. Tersebut nama Moehadi seorang gerilyawan cerdik yang merasa berhutang budi pada tukang angon Bebek, usai masa peperangan.
Hari ketika perang, satu regu gerilyawan harus jalan kaki hindari pasukan lawan. Karena lelah, seorang dari mereka tertidur dalam sebuah gubuk, ketika dia bangun sudah banyak serdadu lawan mengepung area. Dengan gerak senyap dia merayap diantara tanaman padi. Selang beberapa menit bertemu dengan penggembala Bebek, setelah ada pembicaraan, jadilah dia menyaru sebagai penggembala Bebek agar bisa lolos dari kepungan serdadu lawan.
Lolos dari kepungan lawan atas jasa penggembala Bebek, jadi pengalaman terdalam bagi Moehadi. Setelah perang reda, dia punya tekad untuk memberi tambahan penghasilan bagi penggembala Bebek. Dia pernah belajar mengawetkan olahan telur Bebek dengan garam, serbuk batu bata dan abu gosok. Olahan itu didiamkan lebih dari seminggu, lalu direbus agar menjadi Telor Asin.
Tak ada keterangan Moehadi belajar dari siapa, yang jelas belum banyak petani penyedia telur bebek di Brebes. Untuk berburu telur segar dari penggembala atau biasa disebut 'telur pangon' mantan gerilyawan itu perlu menuju daerah Karawang Jawa Barat.
Moehadi muda mulai meproduksi Telur Asin, untuk penjualannya dia titipkan pada toko-toko milik Tiong Hwa dan beberapa pedagang tertentu di pasarinduk.
***
Tapak waktu terus laju, Moehadi menjadi penyalur Telur Asin yang cukup dikenal warga. Kepada kolega dagang Tiong Hwa, diapun sering bertukar pikir tentang keinginan pembeli atas Telur Asin olahannya. Moehadi sudah meninggal, namun riwayat tentang Telur Asin warisan Gerilya tak banyak yang tahu.
Brebes, 10 Januari 2013
Bustanul Bokir Arifin
2 komentar:
Wah saya baru tau dari tulisanmu ttg telor asin ini. Ternyata begitu toh *manggut2. Nice info ...:)
Wah saya baru tau dari tulisanmu ttg telor asin ini. Ternyata begitu toh *manggut2. Nice info ...:)
Posting Komentar