Total Tayangan Halaman

Sabtu, 08 Juli 2017

...tegal jepangnya indonesia...



Julukan yang populer pada masa kuat-kuatnya persekutuan rejim Orde Baru (Orba) dengan kapitalis asuhan Inggris dan Amerika dan tentu sudah pada tahu konco-konco mereka, 1970-an hitungan masehi jangka tahunnya.

***
Okay, pelan dan resapi dulu rasa sebagai warga negara yang kalah perang, Jepang kalah perang! Lalu bangkit dengan hal sederhana yang justru ambil warisan grup Kutil dan kawan-kawannya (asli Tegal), yakni disiplin diri berorganisasi dan tidak tunduk pada 'feodalisme'. Jepang bahkan bisa berkontribusi pada hal imajinatif untuk anak-anak dimana ini juga asimilasi kultural antara fabel dan wayang kulit.

Kemudian tengoklah Tegal (kotamadya dan kabupaten), lebih menampakkan wajah lupa bersyukur atau entah apa julukan yang tepat diberikan pada daerah ini.
Infrastruktur kota dan kabupaten Tegal sejak Indonesia merdeka sudah merupa kota industri dan perdagangan lintas negara di eropa, jalur rel kereta api di pelabuhan wujudnya, tapi itu dimatikan.
Belum lagi mengupas infrastruktur pendukung gairah warga dalam ber-keseni-an, dulu ada Gedung Rakjat untuk teater, banyak bioskop untuk asupan rasa, dan sebagainya.

Apa yang dilihat saat ini?
Semua itu punah di Tegal. Bahkan untuk sebuah hal sederhana; ndombret (yang sok) priyayi, warga Tegal pilih ndilati ludah sendiri.


Bokir