Total Tayangan Halaman

Senin, 17 November 2014

jalan sepi

pada satu perjumpaan,
dimana malaikat tiba-tiba jadi buta huruf
dan iblis jadi gagu membatu ...


malaikat tak bisa catat apapun
dan iblis tidak bisa bisik satu kalimatpun ...

agama jadi alat
pemancung kepala
perekat sekutu dengan iblis
pembujuk malaikat agar manipulasi catatan kebaikan ...

tuhan yang berakar di kepala
diposisikan
lebih rendah dari pantat sekutu kuasa
sujud hadap kemana
brankas uang
atau
selangkangan ....



Brebes18 nopember 2014Bustanul Bokir Arifin

Rabu, 17 September 2014

Tentara Mayapada


Dikabarkan oleh beberapa media bahwa Panglima TNI Jendral Moeldoko mengangkat Dato' Sri Prof. DR Tahir MBA konglomerat pemilik grup bisnis Mayapada sebagai 'penasehat' bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Prajurit. Kabar ini terbitkan sangka, kelak akan ada perubahan fungsi TNI (Tentara Nasional Indonesia) jadi centeng kepentingan grup bisnis Mayapada.

Sebenarnya riwayat 'selingkuh' tentara dan bisnisman sudah ada jejaknya di Indonesia, tercatat dalam sejarah tabiat ini merupakan turunan sifat dari fasisme kolonial Belanda dan Jepang. Pada masa kolonial Belanda pada abad IX ada jejak pengangkatan gelar-gelar kehormatan militer untuk beberapa keluarga konglomerat, bisa dilihat pada riwayat kapiten-kapiten yang berasal dari keluarga konglomerat. Kemudian pada masa pendudukan fasis Jepang ada tapak kerjasama dengan konglomerat juga berupa pemberian perlindungan dan gelar atas nama penguatan 'bangsa Asia'.  Uniknya pada tapak sejarah sebelum kemerdekaan itu pula beberapa keluarga konglomerat yang berkongsi dengan Belanda maupun Jepang masih diterima pemerintah Indonesia setelah merdeka.

Pada awal-awal pembentukan sosok ideal pemerintahan Indonesia, ada juga konflik internal 'TNI' dimana sebagian jenderal didikan KNIL-Belanda maupun Heiho-Jepang, keduanya berkonflik demi ikatan kekerabatan dengan beberapa konglomerat Indonesia maupun luar negeri. Sampai-sampi konflik itu makin meruncing menjelang tragedi 1965. Dan setelah Sukarjo jatuh,  Indonesia berada pada pimpinan Soeharto dimana dalam riwayat sebelum jadi presiden akrab sekali dengan pebisnis Liem Sui Liong. Mulailah TNI yang saat Orde Baru dinamai ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), makin kental dan lebih dari selingkuh bersama beberapa konglomerat dalam dan luar negeri.

Jatuhnya Soeharto oleh desakan warga dan elite di tahun 1998 tampaknya tidak sentuh perubahan signifikan pada ikatan TNI dan Konglomerat, konon beberapa Jenderal saat itu mulai adu kekuatan bisnis bersama-sama kongsi masing-masing.

Hingga masa presiden SBY akan berakhir TNI sebenarnya tidak lepas kongsi dengan keluarga Konglomerat, namun dengan munculnya pernyataan Panglima TNI Moeldoko (yang punya jam tangan Mewah abal-abal) ini keluarkan pernyataan resmi atas pengangkatan Konglomerat Tahir sebagai 'penasehat' bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Prajurit ini makin jelas sebuah fakta baru, bahwa prajurit TNI diduga tidak akan sejahtera bila Institusi TNI tidak 'selingkuh' atau 'poligami' sekalian dengan beberapa Konglomerat. Padahal negara sudah memberi gaji dan subsidi pada TNI, yang konon sudah lebih baik dibandingkan masa Orde Baru.

Bila esok beberapa konglomerat mulai diangkat jadi penasehat TNI, maka bisa jadi TNI berubah jadi Tentara Mayapada, dan tentara beberapa nama grup usaha milik konglomerat.


Brebes, 18 September 2014.
Bustanul Bokir Arifin.

Selasa, 15 April 2014

Cemburu

Syahdan ada pertemuan tdk sengaja antara cowok udik (ndeso) dengan cewek dari kota besar pada sebuah wilayah, karena satu sebab mereka berdua mau tidak mau harus berinteraksi dalam waktu cukup lama.

Ajaibnya tulisan ini, si cowok diajari cewek cara menulis Surat Cinta. Sampai pada satu titik kulminasi, cowok udik tersebut menitipkan Surat Cinta untuk kekasihnya pada si Cewek itu. Dan entah apa sebabnya, surat tersebut tidak pernah dikirimkan si cewek, karena dia 'cemburu' pada suara hati si cowok udik pada kekasihnya.

Itulah kesan Inyong saat menghadiri pementasan 15 tahun Puthut EA Berkarya di LIP Yogyakarta. Pementasan yang apik dan rapih... Ikut bersyukur serupa Puthut EA

Yogyakarta, 15 April 2014

Rabu, 08 Januari 2014

Pemandangan


Duduk di sudut tertentu dalam pasar tradisional, hirup aroma parfum perempuan tengah belanja campur aduk dengan keringat kuli dan tukang becak. Sesekali sengatan busuknya sampah dan bangkai-bangkai hewan kecil colek sensor dalam hidung. Mata memindai bentuk buah, sayur, daging, payudara, pantat, otot-otot berbalut kulit legam, rambut beraneka warna.

Ramai obrolan, tawar menawar harga, keluhan jiwa, harapan-harapan walau setitik terbitnya. Kabar tentang pemilihan kepala desa, korupsi, turunnya niat gotong royong antar warga, hangusnya hati dibakar hasrat cinta. Debat tanpa tuntas, pertengkaran dalam diam, doa-doa berbaju air mata, umpatan keras, bujuk rayu dan gejolak nafsu kasat mata, dukun-dukun laris sepertinya.

Barang-barang dagangan menggunung, berharap semua bisa ditukar dengan mata uang entah bentuk logam maupun kertas dengan ukuran cetak khusus. Tentu tidak seperti sulap, penukaran berlangsung tapak demi setapak meniti waktu. Pemegang amanat pimpinan pasar sibuk setor duit untuk kerabat dan kolega bisnisnya, petugas pemungut pajak, sampai teller bank resmi maupun ilegal. Bagai pusaran angin, lambungkan nilai transaksi, banting moral hingga terjembab pedih jadi sampah.

Jiwa ini jadi gila diam-diam, tatap pemandangan ini.



Bustanul 'bokir' Arifin
Pasarinduk Brebes, 9 Januari 2014

Selasa, 07 Januari 2014

Politikus


Pada suatu hari, 3 anak usia belasan tahun bertanya, "Apa politikus itu?" Lantas ada jawab dalam bentuk tanya pula, "Itu tugas atau pekerjaan rumah dari guru sekolah kalian?" "Bukan, justru guru di sekolah belum jelaskan soal itu." jawab mereka senada.

Lalu mencoba cari arti politikus pada sekian buku pelajaran milik 3 anak tadi, yang ada hanya paparan peristiwa masa lalu berikut nama-nama politikus yang harus dihafal dan jadi jawaban bernilai benar saat ujian. Masih telusuri buku-buku pelajaran sekolah itu, dan berulang temu kalimat perintah : silahkan diskusi bersama teman lalu busat kesimpulan!

Agar tidak ada penasaran terbit pada pikiran 3 anak maka dibuatlah penjelasan sesuai pengalaman bejar di jalanan dan alam semesta. Dan bukan penjelasan seorang dokterandes, doktor apalagi profesor.

Begini penjelasannya berikut tanya jawab dengan anak-anak (A,B dan C) itu:

"Dalam rumah kalau ada masalah kepada siapa kalian akan mengadu?"
A: "Bapak!"
B: "Ibu!"
C: "Tidak ada"

"Mengapa ada jawaban 'Tidak ada' untuk tempat mengadukan masalah?"
C: "Bapak dan Ibu sibuk, jadi kalau ada masalah lebih baik diam. Kalau mengadu malah dapat marah."

"Kakak atau adikmu?"
C: "Malah bingung mereka."

"Paman atau Bibi?"
C: "Sibuk juga,"

"Nah, kamu perlu politikus."
C: "Hah?!"

"Politikus itu ada untuk jadi tempat warga bertanya dari soal main sepak bola di pekarangan, pekerjaan rumah tugas guru di sekolah, bingungnya kakak dan adik, bahkan soal sibuknya Bapak Ibu, Paman dan Bibi. Dan politikus itu cerdas karena bisa menjawab semua tanya itu, walaupun cukup dijawab dengan kalimat: 'Saya tampung, dan janji semoga terjawab pertanyaan ini."

Lalu si A,B dan C pun seakan-akan sudah ketemu si politikus.


--
Bustanul 'bokir' Arifin
Kaligangsa Wetan - Brebes, 7 Januari 2014

Sabtu, 04 Januari 2014

Baju Tidur


Waktu itu, diajak oleh kawan pergi ke pasar untuk belanja beberapa baju tidur perempuan dalam jumlah banyak. Aku tidak menduga tujuan dia membeli baju tidur kwalitas bagus itu untuk apa, malah sangat kaget saat tahu baju-baju itu untuk siapa.

Mungkin lebih dari dua puluh baju yang dibeli, aku tidak ikut menghitung secara pasti. Usai pembelian, kami masuk dalam mobil sewaan, dan kawan ini berkata kepada supir: 'Ayo pak, kita menuju lokasi A, B dan C...' Inilah awal aku terkejut, lokasi A, B dan C adalah tempat perawatan warga yang mengidap 'schizophrenia' dan sejenisnya. Lokasi A, B dan C tidak berdekatan, tempat itu dikelola bukan oleh pemerintah.

Sampai di lokasi A, B dan C kawan ini langsung menemui pihak pengelola dan berkata dia bawa sesuatu untuk mereka yang sedang dirawat dalam beberapa ruang kamar. Si kawan sudah punya data jumlah perempuan-perempuan yang dirawat, dan dia serahkan baju tidur bagus sesuai dengan data yang ada.

Uniknya semua baju diserahkan pada pengelola, kawan bilang, "Lihat saja besok, apakah pengelola akan beri baju-baju itu pada perempuan dalam ruang perawatan atau diberikan kepada anggota keluarganya sendiri," ujar dia tanpa beban.

Selang beberapa bulan, kawan datang lagi dan langsung nengok lokasi A, B dan C. Apakah pembaca tulisan ini bisa menebak yang jadi kenyataan di lokasi-lokasi itu? Bila tebakan tepat, maka akan tahu siapa yang gila sebenarnya.

Bustanul 'bokir' Arifin
Brebes, 4 Januari  2014

Kamis, 02 Januari 2014

Sayang

hari ini
aku dilecut
oleh cambuk-cambuk berduri tajam

cambuk dari masa kelam
teusuri riwayat cambuk
sejak kapan suka lukai kulit
munculkan rasa trauma
pada perih
sebatas kulit ari

rakyat tidak mudah tunduk
pada jongos pencambuk
rakyat tunggu
yang berani rebut cambuk

duhai ikan pari
dikau lahir bawa cambuk
justru dirimu punah
dilumat pemburu cambuk

cambuk
cambuk tak lagi perihkan kulit
pada mereka yang tahu
kulit, daging, tulang, jantung
ada
tempat
dan
geliat hidup
usah redup


Bustanul bokir Arifin
dua Januari 2014