Total Tayangan Halaman

Selasa, 19 Maret 2013

Kabar dari Desa Karni



Medi ayah karni (duduk plg kanan) sedang menunggu upah 'Bawon' (mburuh tani)



Panen padi telah tiba, sejak Selasa (19/3) pagi Medi Tarsim (58) sudah bergegas ke sawah sebelah utara desa Karangjunti. Dia bersama kawan sebayanya berangkat jadi buruh tani alias 'bawon' istilah setempat.

Seharian Medi yang sudah punya cicit itu ayunkan sabit ke batang padi, merontokkan bulir, dan menjemur  gabah di pinggir irigasi utama desa. Dia tidak tahu kalau sejak Senin (18/3) kemarin media massa Saudi Gazzete merilis kabar kalau Karni (36) anak bungsunya telah divonis mati dalam tahapan persidangan kasus pembunuhan di wilayah distrik Yanbu Madinah.

Pukul 16.20, Medi ditemui penulis, awal pertemuan nan serba kikuk komunikasi. Sebab warga desa di perbatasan Jabar-Jateng (Jawa Barat -Jawa Tengah) ini biasa menggunakan bahasa sunda, sementara penulis hanya paham sedikit bahasa tersebut.
Sedikit jengkel Medi menyarankan penulis untuk menemui anak sulungnya saja si Rasti, "Sebab kamu tak lancar bahasa sunda, dan saya juga tidak lancar berbahasa Indonesia," alasan Medi.

Selang beberapa menit kemudian datanglah Rasti dan anak kandungnya, awal pembicaraan diwakilkan anak sulung Rastri sambil menyusui bayinya.  "Kami masih menunggu kabar tante saya, dari utusan Kepala Desa kami yakni ibu Odoh. Sudah lama tidak ada kabar semenjak bu Kades mengirim utusan dua pria yang mengaku berasal dari Jakarta," ujar Anak Rasti. Selang bicara usai Rasti menimpali, "Kami sekeluarga pernah dapat kabar kalau Karni akan pulang di bulan 3 tahun ini." demikian kata Rasti.

Entah darimana sumber kabar pernyataan Karni akan pulang di bulan Maret tahun 2013, manakala kabar dari Madinah justru menyatakan pekerja asal Brebes ini divonis mati pada tahapan sidang yang belum tuntas.

Penulis mencoba meminta keluarga Medi agar tunjukkan surat-surat dari pemerintah, sebagai bukti atas bantuan hukum ataupun komunikasi dengan mereka. Namun jawaban dari Rasti, " Surat-surat yang ada kaitannya dengan Karni sudah dibawa 2 laki-laki utusan ibu Kades ke Jakarta."

Memang akhir tahun kemarin adalah waktu dimulainya rasa debar panjang, semua kerabat sampai saat ini masih menunggu kejelasan nasib Karni. Yang diingat dari Rasti dan Ibunya adalah ucapan Menaker Muhaimin Iskandar saat temui mereka beberapa waktu yang lalu. "Bapak menteri pernah bilang Karni akan kembali ke rumah," tutur Rasti berkaca-kaca.

Rasti masih ingat betul pembicaraan terakhir dengan Karni, "Waktu itu hari Kamis tanggal 27 bulan 9 (September 2012), Karni menelon aku, dia berbicara singkat tak seperti biasanya :
Karni : Malem jumat, teh saya mau disidang,
Rasti : kenapa?
Karni: Nggak Tahu, sidangnya hari Jumat entar pagi,
Rasti : Kenapa Ni?
Kemudian  telepon mati, pembicaraan terhenti,"  papar Rasti

Keluarga Medi tetap yakin bahwa Karni kena musibah, dan akan pulang tahun ini.

***

Penulis tak sanggup lanjutkan pembicaraan dengan keluarga itu, sejak awal pembicaraan Medi lebih memilih menuntaskan pekerjaan buruh taninya. Sementara minuman teh tubruk yang dibuatkan ibunda Karni pun tak sanggup kutuntaskan. Maafkan penulis, tidak tega  kabarkan vonis pengadilan di sana.

Karni mungkin sempat bermimpi kalau di desanya sudah musim panen padi, dimana banyak anak-anak bermain layang-layang di pematang sawah. Bangun dari tidur Karnipun memandang jeruji besi.



Bustanul 'bokir' Arifin
Karangjunti-Losari-Brebes
19 Maret 2013


Tidak ada komentar: