Total Tayangan Halaman

Kamis, 13 Desember 2012

Pangkas Benalu Segera!




Belum sebulan Bupati dan Wakil Bupati kerja, sudah banyak kabar buatan kelompok pencari untung pribadi dalam pemerintahan kabupaten Brebes. Dari kabar pengajuan beberapa proyek, minta bantuan, sampai isi dapur pendopo, semua muncul agar aliran duit lancar untuk kroni yang dibentuk selama satu dekade.

Kroni ini dibentuk oleh pihak-pihak yang panik saat awal Reformasi 1998, semula mereka panik bila peluang dapat untung atas laku korup pada beberapa lembaga di Brebes punah. Seolah keberuntungan masih ada, pemerintah kabupaten Brebes paska Reformasi nyata tidak berubah watak.

Singkat cerita kroni ini pun diikuti oleh segelintir generasi penerus dengan semangat bagi-bagi hasil (meski tidak adil) dari semua peluang raup duit rakyat (APBN dan APBD). Sebagian anggota senior kroni ini sudah mati, namun tetap diteruskan wataknya oleh anggota yuinor.

Kroni ini bagai 'benalu' yang tumbuh dalam batang-batang pohon organisasi pemerintahan, sudah sepatutnya mereka dipangkas agar sang pohon berbuah banyak untuk kesejahteraan warga.

***
Bagaimana modus kroni itu dalam suasana saat ini?
Selama proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), anggota kroni bermain pada dua sisi. Jangan kaget kalau ada fakta mereka ada dalam bagian inti dari Tim Sukses masing-masing calon peserta Pilkada. Sebab pengalaman satu dekade membuat mereka lihai menyusup dalam ruang-ruang khusus.

Setelah pemenang Pilkada dilantik resmi, maka kroni ini mulai bangun opini publik dengan target utama : raih perhatian Pimpinan Daerah demi keuntungan pribadi. Awal langkah, mereka sengaja memperkeruh suasana Pendopo dan Kantor Pemerintahan Kabupaten.  Ada saja taktik untuk dapat perhatian itu, dari pemanfaatan media massa, pagelaran kegiatan ilmiah atau atas nama kemanusiaan, sampai perundingan secara rahasia.

Coba simak kembali ulah benalu-benalu itu saat kampanye Pilkada, tidak sedikit yang melakukan aksi masif dalam lingkungan tempat kerja. Bila dia pegang amanat jabatan tinggi, dia perintahkan bawahan untuk menentukan pilihan pada calon penyuplai kebutuhan benalu. Bila ada di kalangan swasta dia bekerja sama dengan burung-burung penebar benih benalu, benih yang ditempelkan pada batang-batang produktif penghasil buah demokrasi.

Ilmuan Sosiologi Indonesia menyatakan : Good leaders build a system. Bad leaders build an image. (Para pemimpin yang baik ciptakan sebuah sistem. Para pemimpin yang buruk ciptakan citra).

Tidak bisa ditawar lagi pasangan Idza dan Narjo yang resmi memegang tongkat pimpinan Kabupaten Brebes segera ciptakan sistem pemerintahan yang berfokus pada pemenuhan janji-janji mereka saat kampanye.  Pangkas semua benalu, tidak perlu ragu, apalagi kalau mengingat kembali ulah mereka yang sistematis menebar fitnah dan citra buruk.

Musim hujan sudah tiba, sebentar lagi ganti tahun. Bencana tanah longsor sudah terjadi, rakyat yang beri suara dalam pilkada tak sabar tunggu bukti. Tidak perlu bersimpati pada benalu, sebab mereka punya semboyan : 'Hypocrisy is a way of survival' (kemunafikan adalah jalur terbaik untuk selamat dari kehidupan berikutnya - ngutip komentar Sosiolog). Ciptakan sistem pemerintahan yang bersih dari benalu. Pangkas Benalu Segera!


Bustanul 'bokir' Arifin
Desember 13 2012

Jumat, 07 Desember 2012

Bukan Balas Dendam




Amar Putusan Mahkamah Konstitusi pada Perkara nomor 77.PHPU.D-X.2012  setebal 198 halaman pada 7 Nopember 2012 menyatakan :  Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait; Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

Bila simak teliti isi Amar Putusan itu ada ajuan bukti dari pihak Pemohon berkode P-55, isinya kabar tertulis sebuah surat kabar. Dan sudah sewajarnya dalam laku proses persidangan di negeri ini kabar tercetak bisa diajukan sebagai bukti. Namun, manakala kabar itu oleh majelis hakim MK tidak menguatkan bukti pemohon, apa bisa dianggap kabar 'rekayasa'?

Entahlah, yang jelas sejak gugatan MK ditolak, Tim Sukses TAAT masih bekerja keras untuk (setidaknya) menunda masa pelantikan Bupati dan Wakil Bupati hasil Pilkada. Atau menyusun sebuah sistem agar beberapa 'kolega' TAAT tetap memiliki jabatan di Pemerintahan Kabupaten. Juga masih berupaya memulas 'citra' bahwa Bupati yang dipilih warga kali ini 'Bodoh'.


***

Usai putusan MK, masih ada upaya Tim TAAT menunda tahapan Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati.
Hasil investigasi menunjukkan pada tataran legistator koalisi Parpol pendukung TAAT berupaya tunda Rapat Paripurna DPRD pada Penetapan Masa Jabatan Bupati-Wakil Bupati periode 2007-2012.  Sementara di tingkat eksekutif ada rotasi dan mutasi jabatan, khususnya pada para pejabat 'pendukung' TAAT.

Pada sisi lain dalam pemberitaan media massa yang beredar di wilayah Brebes. Ada kabar 'uang-saku' anggota DPRD agar tercapai kuorum rapat paripurna. Dalam sejarah praktik politik di Brebes, memang ada partai politik yang gemar mendramatisir Rapat Paripurna, sejak jaman Almarhum Tadjudin hingga tahun 2012. Dan partai politik itu juga menjadi 'mesin' utama paslon TAAT.

Ada juga kabar soal 'makelar jabatan' untuk kalangan eksekutif dalam pemerintahan kabupaten, seolah 'jabatan' adalah barang dagangan. Kalau ditelisik lebih teliti maka akan ketemu 'pemain lama' yang memang hobi membuat ricuh sistem jenjang karir di Eksekutif.

Upaya tersebut mirip gerakan penyelamatan kepentingan segelintir orang, dan jauh dari pemikiran untuk masa depan warga Brebes yang lebih baik.

***

Selasa (4/12) pagi itu Pendopo Kabupaten Brebes penuh tamu istimewa, sebab pasangan Idza-Narjo resmi dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati periode 2012-2017 bagi daerah penghasil Bawang Merah terbesar di Indonesia.

***

Lalu apa yang harus dilakukan oleh Bupati dan Wakil Bupati yang sudah dilantik Gubernur Jawa Tengah ini? Sebab kondisi lembaga Eksekutif dan Legislatif masih belum 'bersih' benar dari 'kotoran' pemimpin sebelumnya. Rotasi dan mutasi secara mendadak bukan langkah yang bijak, sebab hal ini bisa menjadi makanan empuk bagi pihak yang suka memancing di air keruh.

Ada satu langkah elok, seumpama Bupati dan Wakil Bupati mengundang secara resmi BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) agar jadi  'Akuntan Publik' memeriksa penggunaan Anggaran yang dikelola pemimpin sebelumnya.  Hasil pemeriksaan BPK ini bisa menjadi referensi utama untuk penempatan pejabat-pejabat pelayan publik. Juga untuk yang terbukti menyimpangkan anggaran, segera laporkan kepada pihak berwajib, agar diproses sesuai Hukum.

Sebenarnya siapa yang mempunyai vested interest atas susunan pejabat eksekutif? Kalau dari pengalaman menyatakan 'Tim Sukses' lebih punya hasrat dibandingkan 'Partai Politik' pendukung pasangan calon saat pilkada. Sudah selayaknya Bupati dan Wakil Bupati menyampaikan ucapan terima-kasih kepada 'Tim Sukses' (boleh juga disertai Balas Budi) namun tetap membuat pagar pembatas kepentingan, agar pemerintahan ke depan tidak ada 'polusi' kepentingan.

***
Dan ingat, ini bukan Balas Dendam atas Pilkada.


Brebes, Desember 07 2012
Bustanul 'bokir' Arifin

Rabu, 17 Oktober 2012

Wartawan Partisan Calon Bupati





Ketika dua kubu Tim Sukses  Pasangan Calon (Paslon) peserta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)  Brebes 2012 tengah berdebar-debar ikuti proses hitung cepat suara, Minggu (07/10) lalu, tiba-tiba malam pukul 21:41,  situs milik Suara Merdeka tulis kabar berjudul : 'Pilkada Brebes, Pasangan Taat Sementara Unggul' (http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/10/07/132090/Pilkada-Brebes-Pasangan-Taat-Sementara-Unggul) . Padahal sejak sore pukul 16:38 situs kabar panturanews telah unggah judul : 'Quick Count LSI, Idza-Narjo Unggul Sementara' (http://www.panturanews.com/index.php/panturanews/baca/7018/07/10/2012/quick-count-lsi-idza-narjo-unggul-sementara).

Dua kabar berbeda dengan rentang waktu 5 jam itu membuat kubu Tim Sukses tegang,  warga Brebes yang ikuti proses hitung cepat lewat internetpun turut gundah. Mengapa situs kabar Suara Merdeka, dengan motto : Semata-mata Fakta, di malam tegang itu pilih unggah kabar dengan data dari Partai Politik Golkar?  Bahkan dalam terbitan cetak Suara Merdeka halaman depan lembar Suara Pantura pada Senin (08/10), tetap cantumkan kabar dengan judul yang sama.

Apakah penulis kabar itu lebih memihak pada satu paslon dibandingkan ambil keterangan dari pihak yang netral? Usut punya usut, dari beberapa keterangan yang ada, menyatakan reporter media kondang Jawa Tengah itu memang berpihak pada paslon yang kalah dalam Pilkada Brebes. Tentu berpihaknya reporter Suara Merdeka pada salah satu Paslon tidak berdiri sendiri, ada pihak-pihak lain sebagai penggembira atas pilihan reporter ini.  Berikut kronologi singkat kongsi BS (reporter Suara Merdeka) beserta IS (Reporter T TV Swasta) dan MS (Reporter Koran besar Jawa Barat) pada paslon usungan Partai Golkar.

***
Tiga Wartawan itu diistilahkan sebagai trio BBM (singkatan diambil dari nama keseharian mereka), M paling senior dalam dunia jurnalistik diantara dua B. Namun awal kongsi dimulai dari duo B.

Bermula dari setahun yang lalu, ada mutasi  kepala  Dinas Pen­dapatan Pengelolaan dan Kekayaan Aset Daerah (DPPKAD) Brebes yang sudah akrab dengan duo B.  Dalam waktu singkat mencuat kabar : Raibnya Dana Lestari Pramuka Kwarcab Brebes sebesar Rp 1,1 Milyar.  Kasus itu kemudian masuk dalam 'proses' pihak Reskrim Polres Brebes. Namun kasus itu kemudian redam,  ada keterangan Kasatreskrim Polres (Sg) bersama duo B melakukan lobby khusus dengan Bupati saat itu. Ada kompensasi pengelolaan Hotel Kencana (salah satu Perusda/BUMD Brebes) kepada duo B dan Sg, dan kasus Dana Lestari Pramuka pun tak berlanjut kepada proses hukum semustinya.

Duo B tidak begitu saja menunggu 'pulung' pengelolaan Perusda itu, mereka punya perusahaan berbentuk CV (Comanditer Venonscaft/Persekutuan Komanditer) sebagai mata air rejeki diluar kerja resminya, melalui kongsi di Kepala Bagian Umum jadilah 'rekanan' yang diprioritaskan bila ada proyek. Tentu saja hal ini menjadi harapan untuk masa depan penuh rejeki.

Tidak lama Sg dimutasi dari jabatannya, padahal masa Pilkada sudah dekat. Mutasi Sg berpengaruh besar pada gerak duo B, mereka turut mencari sebab keluarnya surat mutasi atas Sg.  Mereka tetap saling komunikasi, hingga berganti tahun dan masuk dalam persiapan Pilkada Brebes.

***

Beberapa hari menjelang Penetapan Paslon dalam Pilkada Brebes, duo B mulai dihubungi M. dalam Tim Sukses M menjabat  Humas untuk Paslon TAAT (Agung Widyantoro dan Athoilah).  Sejak penetapan paslon peserta Pilkada TAAT vs IDJO (Idza-Narjo; dari PDIP), kerja trio BBM bermula, M mempengaruhi kebijakan keuangan Tim Sukses TAAT dalam hal pasang Iklan dan pesan berita di media lokal, duo B mengkoordinir beberapa wartawan peliput Pilkada agar tulis berita yang memihak kepada paslon TAAT. Musim Kampanye Paslon pun mulai.

Sikap netral kabar di media massa lokal mulai goyah, terutama dalam berita perusakan alat media kampanye milik TAAT di desa Pasarbatang Brebes. Padahal pihak Panwas sudah menyatakan dasar kasus perusakan itu  adalah salah paham, pada Selasa (25/09) di media Radar Tegal (http://www.radartegal.com/index.php/Panwas-Anggap-Salah-Paham.html) Namun Duo B tetap kabarkan beberapa kasus yang seolah dilakukan Tim Ses IDJO, bahkan dalam kasus temuan 'Beras-Politik' pihak Panwas sempat gerah oleh tekanan dari Duo B. Bahkan laporan-laporan kecurangan pihak Paslon TAAT yang dilaporkan ke Panwas dapat dibendung oleh Duo B hingga tidak muncul di media massa.

Sampailah pada momentum Debat Publik yang digelar KPU usai masa Kampanye, Duo B telah melakukan sensor/sortir atas Undangan dari KPU untuk 20 Wartawan di wilayah liputan Brebes. Undangan yang lolos sendor hanya diterima oleh wartawan yang berpihak untuk paslon TAAT. Tentu saja hal ini sempat diprotes oleh wartawan lainnya, namun masalah ini tidak jadi besar, karena ada himbauan 'tahan-diri' dari pihak peserta Pilkada.

Minggu (07/10) pagi, warga Brebes berbondong-bondong ke bilik suara di TPS (Tempat Pemungutan Suara), mereka mulai memilih Bupati Brebes. Pada hari yang sama Duo B juga sibuk mempertahankan sikap agar media massa berpihak pada paslon TAAT.

***

Di sisi lain paslon IDJO juga mempunyai beberapa wartawan sebagai pendukungnya, mereka sebagian besar adalah wartawan 'bodrek' plus pihak yang gerah dengan sepak terjang Duo B.



Sekian dulu... lain kali disambung
Brebes,
paska Pengajuan Gugatan Pilkada Brebes oleh
Ketua Tim Pemenangan TAAT Drh Agus Sutrisno
18 Oktober 2012

Senin, 13 Agustus 2012

Merdeka? Lihat Lagi ...ah

Beberapa warga Tiong Hwa menyerahkan Upeti untuk Ratu Kerajaan Belanda, photo diambil di Alun-alun Brebes tahun 1920 (Sumber photo Arsip Perpustakaan Belanda - KITLV - dan Wikipedia) 


Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, sebentar lagi. Dan hal ini membuat sebagian Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Brebes sengaja repot edarkan surat resmi, surat berisi permintaan sumbangan 'Door Prize' minimal 5 biji, pada warga tertentu.  Bila warga yang diberi surat itu setuju, maka senyum mekar pada si pengedar, jika yang terjadi sebaliknya maka wajah masam bersungut-sungut disertai 'ancaman-halus' akan muncul seketika.

Kejadian itu benar-benar ada, dan bila mau melihat lagi film-film tema Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, ada kemiripan peran. Pemerintah Kabupaten berperan mirip pihak penjajah pada warga tertentu. Apapun alasan permintaan 'Door Prize' dari Panitia Jalan Santai itu, bukankah sudah ada anggaran resmi kegiatan dari bendahara resmi?

Ada warga yang dipaksa oleh Pemerintah, bila warga melawan, ada beberapa utusan khusus macam 'Tukang Pukul'. Utusan itu akan berdalih, 'Ini semua untuk peringatan kemerdekaan, mau memberi terserah tidak, kalau tidak memberi anda dalam bahaya, karena anda minoritas di wilayah ini.'

Sakmaidik! Apa salahnya jadi minoritas, mereka yang mau melawan penindasan atau wujud lain penjajahan memang jumlahnya sedikit alias minor. Beda dengan penjilat penguasa yang berjumlah mayor dan punya kekuatan teror pada warga dengan segala macam senjata untuk takuti warga.

***

Hal di atas makin memperjelas pemahaman, sejarah akan terulang, bentuk penjajahan masih ada. Dalam teks Piagam Jakarta dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 jelas tertera penentangan terhadap segala bentuk penjajahan di atas dunia. Sayangnya di beberapa daerah masih ada Pemerintahan dengan wujud 'penjajah', dimana untuk peringatan kemerdekaan NKRI, para Elite Daerah akan suka-suka sambil punguti upeti dari warga. Apa bedanya peringatan hari ulang tahun Ratu Kerajaan Belanda di tahun 1920, dimana para warga tertentu di Kabupaten Brebes harus menyerahkan upeti untuk ratu (lihat photo dari arsip Perpustakaan di Belanda).

 Merdeka? Lihat lagi ah....



'...dan penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan keadilan...'
Brebes, Agustus 13 2012

Bustanul 'bokir' Arifin

Kamis, 12 Juli 2012

Sikap 'Melas' dari Diyah dan Niti

Suniti




Siapa yang tidak gembira ketika jumpa teman akrab masa kecil setelah puluhan tahun berpisah? Namun bagi Suniti (62)  saat jumpa Zainab (63) malah jadi kenangan pahit hingga kini.

Memang perjumpaan itu tidak direncakan, awalnya Niti (panggilan warga utk Suniti) dari rumah punya rencana belanja pada kios sembako di desa Sigambir Brebes.  Sampai di kios itu dia melihat Zainab kawan masa kecilnya. Dilihatnya Zainab mengenakan busana reliji nan mewah khas perantau kota besar. "Zaenab!, eh sudah pulang ya, mumpung mau puasa, maafkan semua salahku ya," sapa Niti sambil menjulurkan tapak tangan kanan.

Zaenab menjawab uluran tangan Niti dengan senyum lebar dan ekspresi wajah bagai aktris sinetron kawakan, "Ooo, Niti, gak usah jabat tangan. Kamu kotor, karena pelihara anjing, tapi aku maafkan kok," jawab Zaenab sambil bergegas pulang.

***
Halaman Belakang Rumah Suniti


Kenangan pahit itu baru sebagian kecil rasa hidup Niti, perempuan tua dua anak ini sudah lama dianggap 'najis' oleh warga di desanya hanya karena memelihara anjing dan 'blacan' (kucing hutan).  Dari delapan anjing yang dipelihara kini tinggal si jantan 'Blempo' sebatang kara, "Sebagian dibunuh warga, ada juga juragan bawang yang sewa pembunuh bayaran untuk menghabisi dua anjing saya," tutur Niti.

Hingga kini rumah Niti masih penuh dengan satwa peliharaan, pada halaman belakang rumah ada kandang kambing, kelinci, merpati, bebek, ayam, angsa dan bekas kandang si 'Manis' (Kucing Hutan yang dibantai warga karena dituduh memangsa beberapa ekor ayam). Sementara Blempo ada di dalam ruang tengah rumah bersama 5 ekor kucing. Uniknya semua satwa di rumah itu hidup rukun, tanpa saling memangsa.

"Sayang si Manis sudah mati dibantai warga, tubuhnya di kubur pada pekarangan tetangga dekat irigasi sawah. Dan tinggal si Blempo, yang lain tiada, ada juga 2 anjing yang terpaksa kujual karena ada tentangga tuduh keduanya makan anak bebek mereka," papar Niti. 


***

Angsa di rumpun bambu halaman belakang rumah Suniti



Sifat sayang Niti pada satwa itu ternyata diturunkan oleh ibu kandungnya, warga memanggilnya bi Diyah (82). Diyah adalah pedagang bumbu dapur dan sayur mayur di pasar Induk Brebes. Semua pedagang lama di pasar sudah kenal tabiat Diyah, hingga dijuluki induk segala satwa liar pasar. "Lihat saja kios Diyah, akan ditemui tikus dan kucing makan bersama satu piring," kata Safroni (38) satpam pasar induk.

Diyah lebih betah tinggal di lapak dagangannya, dia tak peduli dengan arus untung rugi barang dagangan. Namun, manakala ada satwa di pasar yang ditabrak ban kendaraan, ataupun ditembak senapan angin, maka Diyah akan mengerahkan seluruh kemapuannya untuk merawat satwa. 

Penulis sendiri pernah menyaksikan pada suatu sore, Diyah keliling lapak pasar untuk mencari kucing yang dua kaki belakangnya remuk akibat tabrak lari. Anak-anak pasar menjuluki kucing itu 'Suster-Ngesot' karena cara jalannya. Diyah hanya punya kesempatan merawat kucing itu selama 8 hari, karena pada hari ke 9 'Suster-Ngesot' mati di pojokan dekat tempat sampah pasar.

"Pernah bi Diyah menangis seharian, kiosnya tidak diurusi. Saat ditanya, sambil menangis bercerita kalau beberapa tikus yang sudah dirawat mati karena kena tembak senapan angin lagi," tambah Safroni satpam pasar.

Diyah sendiri tidak begitu akrab untuk komunikasi antar pedangan maupun anak-anak muda di sekitar pasar induk. Bila ditemui dan diajak bicara dia lebih hemat kata, "Inyong melas mas maring kewan, uwong tah bisa luruh duit nggo mangan, kewan ora bisa. Malah akeh sing dibuang nang pasar, (-Saya kasihan dengan satwa itu, manusia bisa cari duit untuk makan, satwa tidak. Malah banyak manusia yang sengaja buang satwa di pasar-)"  kata Diyah.


***


Dasar alasan aksi Diyah tentang 'Melas'  itu diamini oleh Niti anaknya, uniknya ibu dan anak ini sering kali tidak akur, "Iya ibu yang ngajari rasa melas itu. Dia ajari lewat praktek langsung. Sesekali dia ke rumah sekadar kirim pepaya dan beberapa sayur bahan makanan satwa di rumah ini. Yang bikin aku jengkel pada ibu, dagangannya selalu rugi, dia sering minta uang pada cucunya si Iroh (42) untuk 'kulak' dagangan," keluh Niti.

Sayangnya sebagian besar warga di desa Sigambir dan pedagang di pasar induk sering menunjukkan sikap 'me-najis-kan' Diyah dan Niti. Padahal mereka sudah menunjukkan aksi nyata sebagai penyayang satwa dengan sikap kemanusiaannya. "Biar orang lain mengaku sebagai air sungai yang jernih, aku jadi got pun tidak mengapa, sebab pada got satwa di desa ini sering singgah minum," tegas Niti.




Brebes, 12  Juli  2012
Bustanul Bokir Arifin

Selasa, 03 Juli 2012

hmmm.... keji


apakah aku penyumbat laju nadimu...?

hingga begitu keji kau

nyatakan aku pemberi racun pada darah dagingmu

apakah aku penyumbat kerongkonganmu...?

hingga begitu keji kau

nyatakan aku penyumbang karbon monoksida pada paru-parumu

apakah aku pengundang malaikat pencabut nyawa...?

hingga begitu keji kau

nyatakan aku pemusnah sesama manusia

apakah aku pemotong urat syahwatmu...?

hingga begitu keji kau

nyatakan aku pemutus jejaring pesta pora itu

dari photo itu kau akan tahu bahwa

aku hanyalah setitik noda debu

pada tanaman hias tepi jalan raya negara...


Brebes, Juli hari ke-3 2012
Bustanul Bokir Arifin

Sabtu, 23 Juni 2012

debu-ku...




siapa yang titip salam lewat embun pagi, siang ini sudah menguap semua embun, dan tersisa tapak lekat debu pada rupa daun...

salam itu tak dibaca, lalu diupahnya matahari untuk marah-marah, hingga tergeletak onggokan abu tubuhku saat sore ... 

bila malam kau tuturkan dongeng tentang ketegaranmu menitip salam pada embun, juga kisah buyar seonggok debu tubuhku 

bulatan satu hari pun utuh, dan debu-debu tubuhku jadi tapak embun pagi pada rupa daun-daun itu...




Brebes, 06242012