Total Tayangan Halaman

Rabu, 08 Januari 2014

Pemandangan


Duduk di sudut tertentu dalam pasar tradisional, hirup aroma parfum perempuan tengah belanja campur aduk dengan keringat kuli dan tukang becak. Sesekali sengatan busuknya sampah dan bangkai-bangkai hewan kecil colek sensor dalam hidung. Mata memindai bentuk buah, sayur, daging, payudara, pantat, otot-otot berbalut kulit legam, rambut beraneka warna.

Ramai obrolan, tawar menawar harga, keluhan jiwa, harapan-harapan walau setitik terbitnya. Kabar tentang pemilihan kepala desa, korupsi, turunnya niat gotong royong antar warga, hangusnya hati dibakar hasrat cinta. Debat tanpa tuntas, pertengkaran dalam diam, doa-doa berbaju air mata, umpatan keras, bujuk rayu dan gejolak nafsu kasat mata, dukun-dukun laris sepertinya.

Barang-barang dagangan menggunung, berharap semua bisa ditukar dengan mata uang entah bentuk logam maupun kertas dengan ukuran cetak khusus. Tentu tidak seperti sulap, penukaran berlangsung tapak demi setapak meniti waktu. Pemegang amanat pimpinan pasar sibuk setor duit untuk kerabat dan kolega bisnisnya, petugas pemungut pajak, sampai teller bank resmi maupun ilegal. Bagai pusaran angin, lambungkan nilai transaksi, banting moral hingga terjembab pedih jadi sampah.

Jiwa ini jadi gila diam-diam, tatap pemandangan ini.



Bustanul 'bokir' Arifin
Pasarinduk Brebes, 9 Januari 2014

Tidak ada komentar: