Total Tayangan Halaman

Kamis, 23 Desember 2010

ANTARA ERUPSI, EROSI dan EMOSI

Puluhan sepeda motor sudah siap pada tepi jalur utama evakuasi warga di desa Glagaharjo kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Milyaran rintik air hujan bercampur kabut menjadi selimut warga pada Kamis sore (23/12) itu.


Warga menghadapi problem nyata, setelah pulang dari lokasi pengungsian di kaki gunung Merapi. Pada sebagian dusun mereka tidak ada lagi pohon, akibat Erupsi dua kali, muncul bahaya Erosi (tanah longsor). Trauma dan Emosi mengaduk-aduk warga, 'sampai kapan akan aman?' doa mereka diantara gemeretak gigi akibat dinginnya udara.


Desa Glagaharjo berada dekat dengan jalur utama Sungai Gendol, sungai yang tampung sampah Erupsi, dari materi vulkanik, hingga batang-batang bangkai pohon hangus. Selain itu di wilayah hulu sungai Gendol sudah tidak ada lagi hutan penahan curah hujan. "Hujan sepanjang siang telah timbulkan banjir bandang, warga dewasa dusun Ngancar (desa Glagaharjo) segera kerja bakti buat alur air darurat," ujar Prastowo (25) warga Dusun Ngancar.


Prastowo dan beberapa warga dewasa dusun itu, lewati senja hari dengan tubuh penuh lumpur akibat banjir bandang, meski berskala kecil namun nyata kerusakannya. Belum lagi alur sungai Gendol saat jelang malam muali memuat sampah-sampah hasil erupsi. Asap-asap putih hasil tautan air sungai dan bara material vulkanik yang terpendam di alurnya seolah asap Kereta Api Horor di senja itu.


Emosi warga bercampur trauma, emosi relawan bercampur lambatnya proses birokrasi Pemerintah Daerah setempat. Kamis malam Balai Desa Glagaharjo tambah penghuni, beberapa warga korban merapi yang sudah 50 hari lebih berteduh di Stadion Maguwoharjo Sleman sudah dipindah paksa. Kedatangan mereka tidak disambut tawa, namun peluk haru atas sama nasib. Usai adzan Isya beberapa Relawan Front Pembela Islam gelar pengajian di Balai Desa itu, memanggil beberapa ustadz dengan ceramah pelipur lara.


Bustanul Bokir Arifin
Yogyakarta, 23 Desember 2010

Tidak ada komentar: