Total Tayangan Halaman

Senin, 20 Desember 2010

Srunen Wilayah Bebas Monyet

"Sekarang wilayah ini sudah bebas monyet," ujar Tyasno S (64) warga dusun Srunen desa Glagaharjo kecamatan Cangkringan Sleman DIY. Tyasno menuturkan kondisi dusunnya sembari duduk dekat perapian, pada Senin (20/12) tengah hari yang diselimuti rintik gerimis rapat. Sesekali asap tipis udara hangat keluar dari sela-sela bapak 6 anak itu, udara memang dingin akibat gerimis sejak pagi hari.

Warga Srunen sejak dasawarsa terakhir sulit bertanam tumbuhan pakan manusia, sayur maupun buah-buahan akibat diganggu hama 'monyet' (macaca fascicularis), "Pernah ada bantuan benih tanaman jambu dari pemerintah, sebagai sarana alih perhatian monyet. Sayangnya usai bibit ditanam, esok harinya dicabut oleh monyet," tambah Tyasno.

Kini kondisi dusun Srunen bukan wilayah yang disukai monyet-monyet tersebut, selian masih banyak bau lemak bangkai sapi dan kambing, juga material vulkanik hasil wedhus Gembel telah menyisakan tapak bau yang tidak disukai mamalia berekor panjang tersebut.

Sebelum bencana erupsi merapi, warga Srunen mengandalkan mata pencaharian dari tanam tumbuhan Sengon dan beternak mamalia berkaki empat. "Korban jiwa di dusun ini hanya dua warga jompo, saat bencana (erupsi kedua) datang seluruh warga sudah mengungsi ke arah Timur gunung, menghindari alur hilir sungai Gendol," pungkas Senen (60) istri Tyasno, dia menerangkan hal tersebut sambil melipat daun sirih yang sudah dicampur berbagai bahan untuk hobby 'nyirih-kinang' khas nenek-nenek lereng Merapi.

Adapun tempat tinggal keluarga Tyasno masih kukuh berdiri, dinding batako tidak mempan oleh terpaan awan panas. sementara bangunan dapur mereka serta kandang ternak yang terbuat dari dinding bambu sudah rata dengan tanah.

Sejak pagi Tyasno dan beberapa kerabatnya sibuk mengamati beberapa turis yang datang melihat hasil 'Karya Merapi', beberapa dari mereka menjaga portal/penghalang jalan dari bambu sebagai loket darurat bagi pendatang yang terpukau atas pemandangan bencana vulkanik. Pada setiap tamu yang melintasi portal akan dimintai sumbangan sukarela.

Harapan Tyasno saat Srunen sudah terbebas dari hama Monyet adalah bisa bertanam jagung, kacang tanah dan Sengon. "Dulu kebun sengon kami pernah ditawar hasil kayunya senilai 30 juta rupiah, namun tidak kami jual. Kini akibat bencana ini terpaksa dijual dengan harga apa adanya, dan bantuan ganti ternak mati belum ada kabar. Kemarin kami hanya tanda tangan kertas bermatere, " keluh Tyasno.

Bustanul Bokir Arifin

Senin 20 Desember 2010


Tidak ada komentar: