Total Tayangan Halaman

Senin, 27 Desember 2010

LIVE IN OR LEAVE IT (Tinggal di Sini atau Tinggalkan Saja)


Ada pertanyaan yang selalu diajukan beberapa kepala dukuh, desa, dusun pada wilayah lereng gunung Merapi usai bencana erupsi, "Relawan mau tinggal di sini atau tinggalkan saja wilayah ini?" tanya mereka. Manakala pertanyaan itu disingkat dalam bahasa Inggris jadi asyik juga : Are you want to Live In or Leave It?" They said that.

Apa sebab pertanyaan itu diberikan kepada beberapa organisasi relawan pendamping korban erupsi Merapi?

Kalau melihat analisa dari Esti Fariah Sosiolog Pendidikan lulusan Universitas Gajah Mada Yogyakarta menyatakan : Paradigma mereka (pemerintah) yang selama ini memandang penanganan bencana sebatas 'charity' (belas kasihan) sehingga mengabaikan aspek lainnya, khususnya bidang pendidikan yaitu menjaga keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar anak selama dan setelah bencana.

Sementara Odi Shalahudin dari Yayasan SAMIN (Sekretariat Anak Merdeka Indonesia) Yogyakarta beranggapan : pertanyaan dari kepala dukuh, desa, dusun seperti itu, apakah ada pengalaman buruk? atau ada harapan tertentu? ada juga kemungkinan pihak-pihak yang provokasi mereka? Bagaimana menggali informasi dari masing-masing kepala pemerintahan lokal di lereng merapi, khususnya pengalaman saat erupsi dan usai berubahnya status gunung merapi.

Belas kasih alias Charity atau Empati warga Indonesia pada korban erupsi Merapi, memang berbatas adanya, dari keterbatasan itu tidak sedikit lembaga organisasi khusus yang meninggalkan tapak provokasi pada warga, misal masih ada spanduk/banner bertuliskan "Bantuan Kemanusiaan Yes, Pemurtadan No!", "Korban Merapi Bukan Tontonan, Kami Manusia Indonesia." dan masih banyak tulisan provokatif itu. Bahkan sebelum erupsi merapi kedua pada awal bulan Nopember 2010, wilayah lereng Merapi penuh spanduk/banner iklan rayuan produk tertentu, dari Jasa Seluler, Minuman Suplemen hingga yang berciri politis.

Tidak sedikit juga kalangan Relawan yang menanyakan 'bahan-bakar' pada relawan lain saat kegiatan pendampingan korban merapi masih berlangsung, "Dapat support darimana?" "Bagaimana kebutuhan pokok kalian?" (pertanyaan tersebut dilontarkan oleh relawan yang sudah kembali ke rumah).

***

Singkat tulisan, kembali pada pertanyaan ; Do You want to Live In or Leave It? Kearifan lokal warga di lereng Merapi masih kental, kultur warga Jawa. Apabila ada tamu, dalam kondisi apapun akan ada pelayanan ujud penghormatan. Namun kearifan tersebut mulai ada penyaringnya, berupa kecurigaan atas provokasi pihak-pihak non identitas, didahului dengan bahasa tubuh dan lirikan mata tidak wajar.

"Saat status merapi masih 'awas', banyak organisasi Relawan turun ke desa ini. Lalu setelah status berubah jadi 'siaga', mereka pulang," tutur Wahudi Kepala Desa Polengan. "Masih banyak anak-anak di beberapa dusun yang butuh pendampingan anak," ujar Toni MA Kepala Desa Kradenan. Kedua kepala desa itu berasal dari Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Jateng.

Di sisi lain potensi energi Merapi masih besar, dan ancaman Erosi, Banjr Bandang Lahar Dingin masih nyata. Bagaimana jawabnya : Do You Want To LIVE IN OR LEAVE IT?

Bustanul Bokir Arifin
Yogyakarta, 27 Desember 2010


Tidak ada komentar: